Hai ketemu lagi. Sesuai judul, postingan ini merupakan part kedua dari Conec Trip To Dieng. Yaaa walaupun terbentang tahun, part 1 di 2016, part 2 nya di 2017, maklum baru banyak urusan hehe. Well, here we come. Setelah di Sikunir kami menikmati golden sunrise yang menakjubkan, kami berencana naik Gunung Prau setelah turun. Di bawah pak sopir sudah menunggu kami, dan siap mengantarkan kami ke pintu masuk Gunung Prau. Beberapa kami merasa tidak fit karena mabuk perjalanan menggunakan Elf dengan jalan yang nggak rata. Sisanya merasa lapar, aku salah satunya hehe. Kami berhenti di burjonan dan memesan sekenanya. Ella yang waktu itu sedang haid, mual dan lemah tak berdaya, kami makan nasi goreng sepiring berdua, romantis sekali rasanya #halah. By the way, seingetku itu nasi goreng terenak yang pernah aku cicipi, serius, beda. Apa karena laper, aku juga ngga tau haha.
Saat perut sudah terisi penuh, saatnya menaklukan puncak tertinggi Dieng. Tapi sebelumnya kami berhenti di suatu masjid yang cukup besar untuk mandi atau sekedar raup dan istirahat sejenak. Ada hal unik di masjid itu yaitu sebelum tempat wudhu terdapat kolam setinggi sekitar bawah lutut. Mungkin ini hal yang biasa saja di masjid-masjid besar (pernah nemuin di Masjid Kudus kaya gitu) agar saat jamaahnya ingin wudhu, air kolam itu membersikah kotoran yang ada di kaki terlebih dahulu atau apalah fungsi sebenarnya. Tapiiiiiiiii, ini Dieng, Wonosobo, dataran tinggi, yang pastinya dingin. Otomatis air di kolam itu berubah menjadi air es yang seperti menusuk-nusuk saat kami lewat. Kami pun lewat jejingkrakan. Mau jalan cepet susah, orang ada airnya, dingin lagi. Buka sepatu aja udah dingin. Sayangnya lagi, selalu ada yang kelupaan aku bawa waktu ke kamar mandi. Yang pertama aku lupa bawa sikat gigi, balik lagi ke mobil. Yang kedua aku lupa bawa cuci muka, balik lagi ke mobil. Bolak-balik dan aku harus lewat kolam itu, nggak ada jalan lain. Ya Tuhan, inikah siksa untuk seorang pelupa :(
Setelah ketawa - ketiwi melihat teman yang sama-sama disiksa kakinya, kami melanjutkan perjalan. Ada beberapa dari kami yang memutuskan untuk tidak naik Prau dan menunggu kami di masjid. Barang-barang tidak penting kami tinggal di mobil bersama mereka. Dari masjid kita berjalan menuju basecamp Gunung Prau melewati pinggiran jalan yang dipenuhi penjual Carica, manisan khas Dieng. Kami tidak membeli karena kami hanya sekumpulan pelajar yang nekat dan berkantong pas-pasan haha. Fokus kami hanya Gunung Prau. Beberapa menit berjalan, kami sampai di basecamp dan melakukan pendaftaran. Kami mendapatkan peta jalur pendakian beserta ketentuan denda yang diberlakukan jika kami melanggar aturan setempat.
Gunung Prau dibagi menjadi 3 Pos. Pos 1 : Sikut Dewo, Pos 2 : Canggal Walangan dan Pos 3: Cacingan. Sebelum ke Pos 1 kami harus melewati ondo sewu terlebih dahulu, yak "tangga seribu". Kami nggak ngitung sih ada seribu atau nggak anak tangganya, yang jelas di situ kekuatan kaki kami di uji. Seberapa dengkul kami kuat naik anak tangga yang banyak dan gede-gede. Daaan dari situ saya benci anak tangga, mending jalan nanjak daripada anak tangga, beneran. Dengkul lemas. Dan kami tak sempat ambil foto saat di ondo sewu karena kami terlalu ngos-ngosan :D
Setelah dari ondo sewu kami berjalan menanjak ke Pos 1. Datar tapi nanjak. Di sini kita mulai bereksperimen mencari cara agar rasa capeknya tidak terlalu terasa. Dari jalan sambil dengerin musik, jalan sambil ngobrol, jalan sambil nyanyi triak - triak, jalan cepet sampek jalan mundur daann semua sama aja, tetep capek haha. Dari Pos 1 track mulai menjadi-jadi. Jalan terjal dari tanah dan berbatu. Tapi menurutku, ini lebih baik daripada anak tangga dari semen. Kanan kiri track masih ada tanda-tanda kehidupan. Hehe maksudnya masih ada ladang pertanian para petani setempat. Dari lombok sampek kacang panjang. Dari sini masih terlihat penduduk Dieng di bawah sana. Jalan-jalan yang kami lewati tadi sebelum ke basecamp, bahkan Masjid tempat kami istirahat tadi masih kelihatan tapi bedanya lebih kecil hehe. Kami jadi keliatan berada di tempat tinggi gitu (lha emang iya) haha.
Selama di perjalan menuju Pos 2 terdapat gubug-gubug kayu untuk menyelonjorkan kaki dan minum beberapa teguk. Kami pun memanfaatkannya sambil sesekali cekakakan dan dan melanjutkan pendakian sampai di Pos 2. Setelah Pos 2 sudah tidak ada gubug-gubug kayu lagi, kami berisitirahat saat kami mau. Dibawah pohon gede, di track pun kami asal duduk aja kalo capek. Kami pun saling tinggal meninggalkan. Kami ingin cepat sampek puncak dan mengakhiri penderitaan ini. Maklum masih abg-abg yang egonya masih susah dikendalikan. Tapi di beberapa titik kita berkumpul lagi, nyelonjor, sama-sama ngos-ngosan haha.
"Woy foto woy!" Tidak ada yang merespon, mereka hanya menatap ke arah suara dengan keringat bercucuran dan menoleh mengacuhkannya. Ya, kami kelelahan haha.
Saking lelahnya, gondrong bobok cantik di sela-sela kami bercengkrama. Ya seperti itu bentuknya. Asal nyender aja, sambil mulut mangap. Untung kita nggak kesedot yak 😁
Di penghujung Pos 3 kami mulai menemui beberapa pendaki yang turun, kami pun harus bergantian saat melewati track. Utamakan yang turun, itu aturannya. Dan beberapa pendaki menyemangati kami tapi dengan kebohongan. "Semangat, bentar lagi puncak." Puncak gundulmu. Padahal puncak masih jauh. Nggak nemu-nemu puncaknya. Menyedihkan. Diantara mereka ada mbak - mbak yang lagi ngobrol sama temennya "Mereka rombongan lho masih pada bocah lagi." sambil shock ngeliat kami haha. Sepertinya doi terheran-heran rombongan kami yang tampangnya polosan bisa sampai atas. Jangankan mbaknya, kami aja heran haha.
Rasanya sampek puncak tuuu....biasa aja haha. Kami ngga dapet momennya memang karena tertutup awan kabut. Harusnya kelihatan gunung-gunung sekitar Prau tapi nggapapalah yang penting kebersamaannya sampai atas. Kami naklukin Prau bareng-bareng. Kami berdiri di 2565 meter di atas permukaan laut bersama :")
Ini foto kami habis sholat duhur di atas. Keinget waktu itu mau sujud eh mantrolnya kena angin dan kebuka. Jadi sujud di tanah, bathuk kebak pasir. But it's awesome haha. Kotor mah nggak masalah, ngilunya itu lho kena krikil kecil- kecil. Abis itu mantrolnya buat tiduran kayak gini 😅
![]() |
Foto di atas sebenarnya penipuan. Di antara bunga-bunga kecil nan elok tersebar tissue-tissue kusut dilalerin. Nangkep maksut saya kan? Haha. Tidak pantas untuk di jelaskan dalam sebuah tulisan di blog. Pesan saya hati-hati dengan semak-semak.
Mbak yeyen :3 |
Berikut romantisme ala - ala anak gunung haha. FYI, kisah cinta mereka sudah kandas sekarang. Jadi yaaa maaf saya mengunggah foto yang tidak pantas di unggah 😅
Ella and sky |
Dipuncak kami cuma beberapa jam saja. Setelah kamera penuh dengan foto (alay) dan membawa sampah, kami turun. Dalam perjalan turun jalan nanjak tadi berubah jadi jalan turunan yang licin karena tanah liat. Kami harus ngerem dan cari pijakan yang pas. Yang pacaran bisa saling pegangan tangan, topang menopang. Dan nasib saya yang udah jomblo waktu itu cuma bisa kepleset-kepleset sendiri terus diketawain. That was kampr*et moment I ever did. Celana training udah kotor sana sini. Di bawah sudah menanti teman-teman yang tadi nggak ikut muncak sedang masak mie rebus di masjid. Beberapa jam kemudian kita sudah di Jogja. Alhamdulillah. Goodbye Sikunir, goodbye Prau, goodbye Dieng Wonosobo. Thanks for the sweet and sweaty memories :")
Yah mungkin itu saja ya yang bisa saya ceritakan di Dieng. Coba waktu itu bisa nge-camp pasti seru. Buat para Conecers terimakasih waktunya, pengalamannya, susah senengnya selama 3 tahun bareng, kalian konco paling koplak sak ndonyo. Maafkan aku wes ra seasik dulu. #Curhat e lewat kene 😛 Ratau ngetok neng grup barang. Nek do lagi rame aku pas kerjo, pengen nimbrung pas mulih kerjo wes basi. Kadang dicuekin -_- Yauwes dadi aku muk ndelok karo ngguyu wae seko kene hehe. Lagian nek neng grup mbahas e do meetup2an aku kan raiso melu komen. Nek aku balik Jogja yo ra sempet ketemu terus, aku bali yo singkat sih dadi kangen2an karo wong ngomah sek. Maafin yhaaa. Sesuk nek aku wes enek wektu, ayo kita dolan kemana. Semoga. Wes ah ngono wae. See you guys {}
Komentar