Hai good people. Pernah aku ceritain tentang wishlist yang pernah aku buat belom sih? Belom ya, palingan aku share di instagram kali yaa. Maklum golongan orang2 alay, yang dikit-dikit share dikit-dikit post. Ngga sering-sering amat juga sih, lebih sering stalking. Hiyaaaa sama aja.
Bermula dari film 5 cm yang ngehits kala itu, kami jadi pendaki dadakan. Kami? Yes aku dan begundal-begundalnya anak TKJ merencanakan untuk menaklukkan Mount Everest tapi kami memilih Gunung Prau saja yang lebih nyaman di kantong,
sing bener wae. Setelah beberapa kali rapat untuk untuk membahas naik gunung for the first time. Memilih tanggal. Menyiapkan ini itu. Kami berangkat. ( Padahal aslinya nggak sesimple itu haha. Rempong banget. Beda pendapat terus mau naik gunung yang mana, menentukan waktu, siapa aja yang ikut. Duhhhh, anak SMK. )
Ingat sekali sebelum hari H, Purwanto atau sering kita panggil Purwawak dan Pur saja mengcancel kejoinannya bersama kami *basaapasih karena ada acara keluarga. Sempat panik karena cuma doi yang punya pengalaman segudang bab pendakian. Tapi tak apalah kita tetap cuss ndaki. Bismillahirohmanirohim. Sebenarnya aku juga tidak mengantongi izin dari Bapak Mamak karena terlalu berbahaya katanya. Tapi anak bontotnya ini pandai merayu dan luluhlah hati mereka haha.

Waktu menunjukkan pukul 21.00 dan Dias menjemputku dari rumah. Para wanita meliputi Yeye, Ais, Dias dan aku berkumpul di kontrakan Ella dan para lelaki kumpul di rumah Adit dan akan menjemput kami menggunakan Elf. Pukul 00.00 Pak Supir menjemput kami yang di dalam Elfnya sudah bercokol makhluk-makhluk absurd meliputi Asnan, Hamdan, Ajek, Sudro, Andy, Hart, Damar, Adit, Bang Zain, dan Sigit. Pak supir langsung tancap gas menuju Dieng. Di perjalanan aku menyerahkan flasdisk yang berisi lagu-lagu 'yang enak dinyanyikan di perjalan bareng-bareng' pesenan mereka. Mulai lagu pop indonesia, luar negri, reggae, ska, sampai dangdut aku copy ke flashdisk itu tapi apalah daya katanya formatnya nggak kebaca. Kami mencoba menghubungkan ke handphone masing-masing dan hasilnya nihil. Dan akhirnya hanya Hpnya Andy yang
nyaut . Itupun hanya 2 lagu yang kebaca. Suara rekaman Andy lagi nyanyi dan lagu Papua Dalam Cinta. Perjalan kami dipenuhi "Soa-soaa" dan cacian kami mengutuk suara Andy yang kami dengar sampai Dieng -_-
Dingin sekali. Itu hal yang kami rasakan pertama kali saat kami tiba di Dieng sekitar pukul 03.00 atau 04.00-an, hehe lupa. Yang jelas hari masih gelap. Hebatnya Asnan tidak membawa jaket, dia hanya membawa kemeja berbahan seperti wearpack. Apa yang ada di benak orang ini sebenarnya? Dikira Dieng lab TKJ apa, batinku. Setelah persiapan barang mana yang di bawa dan di tinggal di mobil, kami mulai menapaki Sikunir. Memang begitu rencana yang dibuat Bajur (Damar). Naik Sikunir dulu berburu golden sunrise baru naik Gunung Prau tanpa ngecamp untuk mengurangi budget buat nyewa Elf-nya. (Tanpa kami sadari sebelumnya bagaimna lelahnya haha)
Sikunir merupakan bukit dengan ketinggian 2300 mdpl an yang cukup membuat kempol kami kenceng dengan anak tangga dari tumpukan batunya di awal track kemudian baru tanah liat. Dengan nafas yang memburu dan kaki melangkah hati-hati menapaki bebatuan, kepalaku sesekali mendongak ke atas. Sumpah, mata ini takjub melihat bintang segede itu. Seperti 10 meter saja di atas ubun-ubun. Subhanallah. Tuhan langitmu indah sekali. Aku tergumun-gumun. Setelah sejaman perjalanan, kami sampai di puncak yang masih agak gelap. Lumayan sudah banyak orang di puncak menantikan golden sunrise seperti kami.
 |
Asnan ngga kedinginan lagi katanya-_- |
 |
The girls |
Kami sempat jadi tontonan para pemburu golden sunrise lain. Bukan, bukan karena dandanan kami sebagai pendaki pemula norak ya. Tapi kami melakukan sholat subuh berjamaah, dengan tayamum. Rasanya sesuatu banget lho gais. Sholat di ketinggian dan tayamum yang jarang kita lakukan soalnya kita selalu ada air juga kan. Rasanya emeying. Setelah sholat bareng kami naik kesisi timur bukit yang tempatnya lebih tinggi. Beberapa waktu kemudian seperti ada angin dingin menusuk dada dari timur diiringi semburat orange. Takjub menyadari kami seperti di atas awan. Awan-awan yang bergulung menutupi kota-kota dibawah sana. Negri di atas awan. Yang selalu dikatakan pendaki ulung itu, seperti ini bentuknya. Kaki ini berpijak di atas tanah tapi dekat dengan langit. Keren. Sang surya belum muncul tapi kami sudah takjub duluan, maklum masih norak jadi pendaki.Tak lama munculah lengkung kekuningan di ufuk timur dan sorot yang menerpa awan-awan tadi, perlahan bergerak ke atas dan semakin bulat sama seperti mulut kami yang berkata "waaaaaa", takjub. Kami bersiap dengan senjata kami ( baca: kamera) dan peralatan tambahan ( baca: kertas yang berisi coretan2 alay) untuk tidak melewatkan moment itu.

 |
I got you sun |
 |
Untold story |
 |
Dia bawa f(x) sampek atas sini-_- |
 |
cieeee gondrooong |
 |
Romansa di ketinggian |
 |
Dingin, tapi anget di dekat mereka :) |
 |
Selalu suka foto ini, we see the Sun. |
 |
Wanna hug? |
Well guys sebenernya nggak mau dibuat part2an postingan ini tapi kayaknya kepanjangan kalo satu part doang. Dan ini baru naik Sikunir, Gunung Prau-nya belum, padahal masih banyak yang belum diceritain selama ndaki Prau. Jadi nantikan "Conec Trip To Dieng (Part II)"nya yaaa. I love you guys {}
Komentar